JAPANESE, ENGLISH, MANDARIN ,BAHASA , TRANSLATOR & TRANSLATION



EDUCATION & MOTIVATION


Potensi Kehidupan  25 Aug 2012

Untuk mencapai sebuah kehidupan yang didambakan, kita harus membangun beberapa hal sejak dini dan wajib dilakukan untuk menggapai kehidupan yang dicita-citakan, berikut ini beberapa hal yang harus Anda perhatikan untuk membangun potensi kehidupan :
1. Perluas wawasan. Anda harus memandang kehidupan ini dengan mata iman, pandanglah di Anda sedang melesat ke level yang lebih tinggi. Anda harus memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang akan Anda raih. Gambaran ini harus menjadi bagian dari di Anda, didalam benak, dalam percakapan, meresap ke pikiran alam bawah sadar, dalam perbuatan dan dalam setiap aspek kehidupan Anda.
2. Mengembangkan gambar diri yang sehat. Keberhasilan Anda meraih tujuan sangat tergantung pada bagaimana Anda memandang diri sendiri dan apa yang Anda rasakan tentang diri Anda. Sebab hal itu akan menentukan tingkat kepercayaan diri Anda dalam bertindak. Fakta menyatakan bahwa Anda tidak akan pernah melesat lebih tinggi dari apa yang Anda bayangkan mengenai diri Anda sendiri.
3. Temukan kekuatan dibalik pikiran dan perkataanmu. Target utama serangan musuh adalah pikiran. Ia tahu sekiranya berhasil mengendalikan dan memanipulasi apa yang Anda pikirkan, maka ia akan berhasil mengendalikan dan memanipulasi seluruh kehidupan Anda.
Pikiran menentukan prilaku, sikap dan gambar diri. Pikiran menentukan tujuan.
4. Lepaskan masa lalu, biarkanlah ia pergi... Anda mungkin saja telah kehilangan segala yang tidak seorangpun patut mengalaminya dalam hidup ini. Jika Anda ingin hidup berkemenangan, Anda tidak boleh memakai trauma masa lalu sebagai dalih untuk membuat pilihan-pilihan yang buruk saat ini. Anda harus berani tidak menjadikan masa lalu sebagai alasan atas sikap buruk Anda selama ini, atau membenarkan tindakan Anda untuk tidak mengampuni seseorang.
5. Temukan kekuatan di dalam keadaan yang paling buruk sekalipun. Kita harus bersikap : "Saya boleh saja terjatuh beberapa kali dalam hidup ini, tetapi saya tidak akan terus tinggal dibawah sana". Kita semua menghadapi tantangan dalam hidup ini. Kita semua pasti mengalami hal-hal yang datang menyerang kita. Kita boleh saja dijatuhkan dari luar, tetapi kunci untuk hidup berkemenangan adalah belajar bagaimana untuk bangkit lagi dari dalam.
6. Memberi dengan sukacita. Salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi adalah godaan untuk hidup mementingkan diri sendiri. Sebab kita tahu bahwa Tuhan memang menginginkan yang terbaik buat kita, Ia ingin kita makmur, menikmati kemurahan-Nya dan banyak lagi yang Ia sediakan buat kita, namun kadang kita lupa dan terjebak dalam prilaku mementingkan diri sendiri. Sesungguhnya kita akan mengalami lebih banyak sukacita dari yang pernah dibayangkan apabila kita mau berbagi hidup dengan orang lain.
7. Memilih untuk berbahagia hari ini. Anda tidak harus menunggu sampai semua persoalan Anda terselesaikan. Anda tidak harus menunda kebahagiaan sampai Anda mencapai semua sasaran.
Tuhan ingin Anda berbahagia apapun kondisi Anda, sekarang juga !

2) Natural Intelligence Leadership

Catatan Kepala: ”Mengakui kesalahan dimasa lalu adalah salah satu ciri pribadi terhormat. Sedangkan sikap ngeyel adalah cermin nihilnya sifat ksatria.”

Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang suka ngeyel? Sudah jelas dia melakukan kesalahan, eh ngotot saja mencari pembenaran atas tindakannya. Di TV, Koran, dan berbagai media lainnya, banyak sekali contoh orang seperti itu. Di kantor juga sama. Sampai-samapi kita heran sendiri;”Kenapa ya, kok ada orang yang ndablek seperti itu?” Hey jangan salah, kalau berada pada posisi yang sama; kita pun belum tentu tidak begitu lho. Apa lagi zaman serba keterbukaan seperti sekarang. Aib seseorang bisa menyebar sedemikian luasnya. Maka tak heran jika banyak orang yang memilih untuk berdusta saja. Apakah ngeyelnya seseorang merupakan respon terhadap buruknya cara kita menghakimi orang lain? Mungkin ya, mungkin tidak. Yang jelas, itu mencerminkan telah lunturnya sifat ksatria didalam dirinya.

Saya, pernah mencuri uang dari lemari pakaian orang tua saya. Seratus rupiah. Eit, jangan salah. Seratus rupiah pada masa itu bisa membeli sepuluh potong bakwan. Saat Ayah ‘menginterogasi’, saya ngotot tidak mengakuinya. Keadaan sangat menegangkan sekali. “Dang, kamu itu anak yang baik. Bapak akan pergi sebentar. Setelah Bapak kembali, beritahu Bapak yang sebenarnya,” lalu beliau keluar dari kamar. Tak lama kemudian, Ayah kembali lagi. Beliau langsung menuju ke lemari pakaian tempat hilangnya uang itu. Ternyata, beliau menemukannya disana. Utuh. Seratus rupiah.  “Lho, uangnya ternyata ada,” beliau berbalik menatap saya. “Uangnya pulang sendiri,” saya bilang. Ayah berjongkok hingga mata kami berdua sejajar. Air mata saya meleleh di pipi kanan dan kiri. Lalu tangis meledak ketika kedua tangan Ayah merengkuh saya kedalam pelukannya. Itulah pelajaran pertama yang saya dapat tentang betapa leganya mengakui sebuah kesalahan yang telah kita lakukan. Tidak disangka, ternyata mengakuinya jauh lebih melegakan hati daripada ngotot untuk  menutupinya.  Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar bersikap ksatria atas semua kesalahan dimasa lalu, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:

1.      Ingatlah, percuma menutupinya. Jasad fisik kita tidak suka berkompromi. Jika moral kita kotor, tubuh kita ingin agar dirinya tetap bersih. Maka jika kita culas, misalnya, keculasan itu akan tergambar di wajah kita. Jika kita berbohong, maka kebohongan itu dipancarkan melalui mata. Jika kita mengatakan sesuatu yang tidak benar, maka degup jantung kita memberi sinyal dusta. Maaf, tubuh ini tidak mau berkompromi dengan hawa nafsu. Maka percuma menutupi kesalahan yang kita lakukan dimasa lalu, karena kita tidak akan bisa benar-benar menyembunyikannya. Sesekali, dengarkanlah kembali senandung Chrisye “Ketika Tangan Dan Kaki Berkata”. Lirik gubahan Taufik Ismail itu menggambarkan dengan jelas betapa kita tidak bisa menutupi sedikitpun perbuatan buruk yang kita sembunyikan itu. Maka akuilah. Sebab usaha kita untuk menutupinya akan percuma saja. Bahkan di dunia pun banyak orang yang bisa merasakan jika kita salah. Lihatlah orang-orang yang ngeyel. Anda bisa merasakan kengeyelannya, bukan? Begitu pula jika kita yang ngeyel. Orang lain pun tahu jika kita sedang menutupi sesuatu.

2.      Biasakanlah untuk menjadi orang biasa. Selain takut dihukum, alasan kita tidak mau mengakui kesalahan adalah karena kita sendiri merasa malu. Apa lagi jika kita termasuk orang terhormat. Semakin tinggi posisi kita, semakin berat beban nama baik dan gengsi yang harus dipertahankan. Akan semakin sulit jugalah untuk mengakui jika kita ini salah. Makanya, tidak aneh jika orang-orang yang paling jago ‘membela diri’ adalah mereka yang paling tinggi posisinya, paling terkenal reputasinya, paling besar kekuasaannya.  Kalau kita sudah kadung ‘dinilai’ orang lain sebagai ‘pribadi terpuji’, rasanya kok berat sekali untuk mengakui adanya keburukan didalam diri kita. Maka tidak jarang orang memilih terus berkubang dari kolam kibul yang satu ke samudra dusta lainnya, asal sisi gelapnya tidak ketahuan. Beruntunglah orang biasa seperti kita. Karena kita tidak dibebani oleh keharusan untuk ‘menyelamatkan nama baik kita’ dari perilaku buruk yang mencorengnya. Lebih mudah jadinya untuk bersikap ksatria. Namun, jika saat ini Anda sudah memiliki posisi tinggi, dan reputasi yang harum mewangi; mungkin sudah waktunya bagi Anda untuk kembali membiasakan diri menjadi orang biasa lagi. Karena perasaan menjadi orang ‘luar biasa’ sering menjauhkan kita dari sifat ksatria.

3.      Makin ngeyel Anda, makin sebel orang pada Anda. Kita sering mengira bahwa sifat ngeyel itu mencerminkan ketangguhan. Tidak. Justru ngeyel itu cermin kepicikan. Saya mengenal orang-orang yang mudah sekali untuk ‘diajak menjadi lebih baik’. Ketika ditunjukkan kekurangan yang harus diperbaikinya mereka langsung mengakui tanpa argument berbelit-belit. Lalu mereka berkomitmen untuk tidak mengulanginya lagi. Kepada orang-orang seperti itu, kita sangat respek sehingga tidak ada lagi gairah untuk memperpanjang masalah. Namun, ada juga orang-orang yang sudah jelas salah, tapi ngotot saja mencari pembenaran atas tindakan salahnya. Bukannya mawas diri, mereka malah bertahan dengan argumennya yang defensif. Kepada orang-orang seperti itu, kita sama sekali tidak memiliki simpati. Begitu pula halnya ketika kita yang berbuat kesalahan itu. Kalau kita mau bersikap ksatria untuk mengakuinya, lalu berkomitmen untuk memperbaiki diri maka orang lain pun akan respek kepada kita. Tapi, jika kita ngeyel…hmmh, jangan harap nama baik kita akan pulih karena kengeyelan itu. Justru orang semakin sebal pada kita. Dan semakin kita ngeyel, semakin terlihat buruknya kita. Maka jika ingin menjadi orang baik, kita perlu belajar untuk berhenti ngeyel demi menutupi kesalahan yang kita lakukan. Bersikaplah ksatria, maka orang akan menaruh hormat pada Anda.

4.      Posisikanlah diri setara dengan orang lain.  Berada di posisi paling tinggi bisa melihat lebih banyak hal. Jadinya berbahaya kalau kita merasa ‘lebih tinggi’ dari orang lain. Kenapa? Karena kita menjadi lebih mudah melihat kesalahan mereka. Padahal, kita sendiri tidak sempurna-sempurna amat. Oleh karenanya, sangat penting untuk memposisikan diri kita setara dengan orang lain. Sehingga kita bisa seimbang dalam melihat ‘keluar’ dan ‘kedalam’. Mungkin Anda pintar, tapi orang lain tahu sesuatu yang Anda tidak tahu. Mungkin jabatan Anda tinggi, tetapi keterampilan atau pengalaman orang lain bisa jadi jauh lebih tinggi. Plus – minuslah, kita ini. Jadi bagusnya ya  posisikan diri setara dengan orang lain saja. Dengan begitu, kepala kita tidak menjadi kebesaran. Dengan posisi yang sama tinggi, kita juga tidak menganggap rendah mereka yang berbuat salah. Ya, faktanya memang mereka salah. Tetapi setelah diakuinya kesalahan itu, kita sadar jika mereka juga manusia biasa. Saat kita sendiri yang salah pun, kita tidak terlalu gengsi mengakuinya. ‘Boss tidak pernah salah,” kata orang. Makanya, tidak usah sok nge-boss biar tidak susah mengaku salah. “Orang pinter mesti bener,” katanya. Makanya, zangan sok pinterlah. “Orang suci jauh dari dosa,” kata yang lain. Kalau kita tidak sok suci, maka tidak sulit lagi untuk mengakui kekurangan diri, meminta maaf dari orang lain, dan melakukan perbaikan.

5.      Akuilah semuanya, agar dimaafkan.  Ayah saya tahu, jika saya mengambil uang itu. Beliau bisa saja memaksa merogoh saku baju saya. Pasti uang itu bisa ditemukan dengan mudah. Tapi tidak dilakukannya. Perlakuan Ayah merupakan momentum penting bagi saya. Jika beliau memaksa, bisa jadi saya akan mencari cara untuk menyembunyikannya ditempat paling sulit. Boleh jadi, hari ini saya menjadi ahli dalam berkilah dan bersilat lidah. Namun, Ayah telah berhasil membuat saya mengakuinya secara sukarela, menyampaikan penyesalan, dan merasakan betapa indahnya mengakui kesalahan. Sampai hari ini, jika saya berbuat salah pada Anda, maka Anda tidak perlu menginterogasi saya. Cukup tunjukkan dimana salah saya, maka saya akan mengakuinya. Saya menyadari pelajaran yang diberikan oleh Ayah bahwa; setiap kesalahan yang diakui mempunyai peluang untuk dimaafkan. Logis, ya? Tidak mungkin kita bisa memaafkan sesuatu yang tidak diakui, kan? Maka jika kita memang telah melakukan kesalahan, sebaiknya berhenti ngeyel. Akuilah semuanya. Karena dengan pengakuan itu, kita punya kesempatan untuk dimaafkan. 

Kitab suci dengan jelas merekam wahyu Tuhan yang berfiman;”Pada hari ini Kami tutup mulut mereka. Tangan mereka akan berkata kepada Kami. Dan kaki mereka akan memberi kesaksian. Terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” Merinding kulit tubuh kita jika memahami makna ayat suci itu. Kita sama sekali tidak bisa bersembunyi dari apa yang pernah kita lakukan dimasa lalu. Semakin kita bersembunyi, semakin tidak termaafkan kesalahan itu. Maka sebelum mulut kita ditutup, mari gunakan dia untuk mengakui bahwa kita telah berbuat salah. Mari gunakan lidah ini untuk memohon maaf dengan tulus. Dan mumpung masih ada waktu, mari kita lakukan perbaikan meski sedikit demi sedikit. Semoga dengan begitu, orang lain bersedia melihat bahwa kita memiliki komitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dan semoga dengan begitu, tangan dan kaki kita memberi kesaksian yang baik. Pada hari ketika tangan dan kaki ini mendapat giliran untuk bicara.

3)ORANG PENJUAL MIMPI

     Anda pernah menulis syair? Mungkin Anda pernah membaca syair. Syair adalah ungkapan hati, perpaduan antara imajinasi dan kalimat yang berirama, yang ditulis secara bebas. Dijaman Yunani kuno, banyak sekali penyair yang menulis syair-syair yang sangat merasuk ke hati yang dapat membawa suasana ke alam mimpi.Berikut ini kami sajikan sebuah syair Inggris yang sangat terkenal. 
Penyair: William Words Worth (1770-1850)
            Diatas Jembatan Westminster
     Earth has not anything to show more fair
     Dull would he be of soul who could pass by
     A sight so touching in it`s majesty
     This city now cloth like a garment wear
Terjemahan :
     Tiada tempat di bumi ini yang lebih memukau, dan orang yang tidak dapat      Menikmati keagungan alam yang menyentuh ini adalah orang yang tidak      Berperasaan. Kota ini seakan dihiasi dengan pakaian yang serasi Nah, sekarang penulis mengambil topik pembahasan mengenai penyair-penyair unik yang belakangan ini memadati trotoar di jalan-jalan ibukota Tokyo


     Para penyair tersebut duduk di tepi jalan-jalan Tokyo, menjadi penasihat bagi orang-orang yang sedang mempunyai masalah dalam pekerjaan, kehidupan, dan lain-lain. Sambil memberikan beraneka ragam advise, memberikan semangat hidup, mereka menuangkan advise tersebut ke dalam syair yang kemudian diberikan kepada tamu-tamu yang datang tersebut tentu dengan imbalan yang memadai.      Kebanyakan tamu-tamu tersebut adalah wanita. Para tamu wanita tersebut mendatangi para penyair untuk minta advise mengenai masalah mereka seperti pekerjaan, pacar, hubungan antar sesama, dan lain-lain. Penyair akan membuat suatu syair yang akan diberikan kepada tamu tersebut yang isinya memberi semangat hidup seperti di bawah ini : 

     Awan bergerak, dilangit yang gelap, sinar bulanpun tak tampak
     Namun demikian, seiring berjalannya waktu,
      Awan pun akan pergi, bulan dan bintang akan datang
      Dan langit pun akan bersinar kembali
     Saat itulah, hati Anda akan memancarkan cahaya harapan
     Oleh karenanya tabahlah
     Dalam menghadapi kesusahan dan kesedihan yang dialami sekarang

     Jumlah imbalan yang diberikan sesuka hati para tamu tersebut, jadi tidak ada harga mati. Sering sekali para tamu setelah menerima syair yang indah tersebut akan berubah dari muka yang sedih menjadi muka yang penuh senyum sambil pulang.Mungkin suatu saat nanti para penyair di tepi jalan Tokyo tersebut akan belajar bahasa Indonesia dan berkarya di jalan-jalan di kota-kota Negara Indonesia ini. Mungkin saja, siapa tahu...

4) Spirit GANBARU
Terus terang aja, satu kata yang bener2 bikin muak jiwa raga setelah tiba di Jepang dua tahun lalu adalah : GAMBARU alias berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan.Muak abis, sumpah, karena tiap kali bimbingan sama prof, kata-kata penutup selalu :motto gambattekudasai (ayo berjuang lebih lagi), taihen dakedo, isshoni gambarimashoo (saya tau ini sulit, tapi ayo berjuang bersama-sama),motto motto kenkyuu shitekudasai (ayo bikin penelitian lebih dan lebih lagi).Sampai gw rasanya pingin ngomong, apa ngga ada kosa kata lain selain GAMBARU? apaan kek gitu, yang penting bukan gambaru.Gambaru itu bukan hanya sekadar berjuang2 cemen gitu2 aja yang kalo males atau ada banyak rintangan, ya udahlah ya...berhenti aja.Menurut kamus bahasa jepang sih, gambaru itu artinya : "doko made mo nintai shite doryoku suru" (bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha abis-abisan) Gambaru itu sendiri, terdiri dari dua karakter yaitu karakter "keras" dan "mengencangkan". Jadi image yang bisa didapat dari paduan karakter ini adalah "mau sesusah apapun itu persoalan yang dihadapi, kita mesti keras dan terus mengencangkan diri sendiri, agar kita bisa menang atas persoalan itu"(maksudnya jangan manja, tapi anggap semua persoalan itu adalah sebuah kewajaran dalam hidup, namanya hidup emang pada dasarnya susah, jadi jangan ngarep gampang, persoalan hidup hanya bisa dihadapi dengan gambaru, titik.).Terus terang aja, dua tahun gw di jepang, dua tahun juga gw ngga ngerti, kenapa orang2 jepang ini menjadikan gambaru sebagai falsafah hidupnya.
Bahkan anak umur 3 tahun kayak Joanna pun udah disuruh gambaru di sekolahnya, kayak pake baju di musim dingin mesti yang tipis2 biar ngga manja terhadap cuaca dingin, di dalam sekolah ngga boleh pakai kaos kaki karena kalo telapak kaki langsung kena lantai itu baik untuk kesehatan, sakit2 dikit cuma ingus meler2 atau demam 37 derajat mah ngga usah bolos sekolah, tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan alasan, anak akan kuat menghadapi penyakit jika ia melawan penyakitnya itu sendiri.
Akibatnya, kalo naik sepeda di tanjakan sambil bonceng Joanna, dan gw ngos2an kecapean, otomatis Joanna ngomong : Mama, gambare! mama faitoooo! (mama ayo berjuang, mama ayo fight!).
Pokoknya jangan manja sama masalah deh, gambaru sampe titik darah penghabisan it's a must!
Gw bener2 baru mulai sedikit mengerti mengapa gambaru ini penting banget dalam hidup, adalah setelah terjadi tsunami dan gempa bumi dengan kekuatan 9.0 di jepang bagian timur.
Gw tau, bencana alam di indonesia seperti tsunami di aceh, nias dan sekitarnya, gempa bumi di padang, letusan gunung merapi....juga bukanlah hal yang gampang untuk dihadapi. Tapi, tsunami dan gempa bumi di jepang kali ini, jauuuuuh lebih parah dari semuanya itu. Bahkan, ini adalah gempa bumi dan tsunami terparah dan terbesar di dunia.
Wajaaaaaaar banget kalo kemudian pemerintah dan masyarakat jepang panik kebingungan karena bencana ini. Wajaaaaar banget kalo mereka kemudian mulai ngerasa galau, nangis2, ga tau mesti ngapain.Bahkan untuk skala bencana sebesar ini, rasanya bisa "dimaafkan" jika stasiun-stasiun TV memasang sedikit musik latar ala lagu-lagu ebiet dan membuat video klip tangisan anak negeri yang berisi wajah-wajah korban bencana yang penuh kepiluan dan tatapan kosong tak punya harapan.
Bagaimana tidak, tsunami dan gempa bumi ini benar-benar menyapu habis seluruh kehidupan yang mereka miliki. Sangat wajar jika kemudian mereka tidak punya harapan.Tapi apa yang terjadi pasca bencana mengerikan ini? Dari hari pertama bencana, gw nyetel TV dan nungguin lagu-lagu ala ebiet diputar di stasiun TV.
Nyari-nyari juga di mana rekening dompet bencana alam. Video klip tangisan anak negeri juga gw tunggu2in. Tiga unsur itu (lagu ala ebiet, rekening dompet bencana, video klip tangisan anak negeri), sama sekali ngga disiarkan di TV.
Jadi yang ada apaan dong?
Ini yang gw lihat di stasiun2 TV :

1. Peringatan pemerintah agar setiap warga tetap waspada

2. Himbauan pemerintah agar seluruh warga jepang bahu membahu menghadapi bencana (termasuk permintaan untuk menghemat listrik agar warga di wilayah tokyo dan tohoku ngga lama-lama terkena mati lampu)

3. Permintaan maaf dari pemerintah karena terpaksa harus melakukan pemadaman listrik terencana

4. Tips-tips menghadapi bencana alam

5. nomor telepon call centre bencana alam yang bisa dihubungi 24 jam

6. Pengiriman tim SAR dari setiap perfektur menuju daerah-daerah yang terkena bencana

7. Potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga yang terkena bencana (sumpah sigap banget, nyawa di jepang benar-benar bernilai banget harganya)

8. Pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang dan tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari kita hadapi (government official pake kata norikoeru, yang kalo diterjemahkan secara harafiah : menaiki dan melewati) dengan sepenuh hati

9. Potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati :
*ada yang nyari istrinya, belum ketemu2, mukanya udah galau banget, tapi tetap tenang dan ngga emosional, disemangati nenek2 yang ada di tempat pengungsian : gambatte sagasoo! kitto mitsukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah)
*Tulisan di twitter : ini gempa terbesar sepanjang sejarah. Karena itu, kita mesti memberikan usaha dan cinta terbesar untuk dapat melewati bencana ini;
Gelap sekali di Sendai, lalu ada satu titik bintang terlihat terang. Itu bintang yang sangat indah. Warga Sendai, lihatlah ke atas.
Sebagai orang Indonesia yang tidak pernah melihat cara penanganan bencana ala gambaru kayak gini, gw bener-bener merasa malu dan di saat yang bersamaan : kagum dan hormat banget sama warga dan pemerintah Jepang.
Ini negeri yang luar biasa, negeri yang sumber daya alamnya terbatas banget, negeri yang alamnya keras, tapi bisa maju luar biasa dan punya mental sekuat baja, karena : falsafah gambaru-nya itu.
Bisa dibilang, orang-orang jepang ini ngga punya apa-apa selain GAMBARU. Dan, gambaru udah lebih dari cukup untuk menghadapi segala persoalan dalam hidup.
Bener banget, kita mesti berdoa, kita mesti pasrah sama Tuhan.
Hanya, mental yang apa-apa "nyalahin" Tuhan, bilang2 ini semua kehendakNya, Tuhan marah pada umatNya, Tuhan marah melalui alam maka tanyalah pada rumput yang bergoyang.....
I guarantee you 100 percent, selama masih mental ini yang berdiam di dalam diri kita, sampai kiamat sekalipun, gw rasa bangsa kita ngga akan bisa maju.
Kalau ditilik lebih jauh, "menyalahkan" Tuhan atas semua bencana dan persoalan hidup, sebenarnya adalah kata lain dari ngga berani bertanggungjawab terhadap hidup yang dianugerahkan Sang Pemilik Hidup.
Jika diperjelas lagi, ngga berani bertanggungjawab itu maksudnya : lari dari masalah, ngga mau ngadepin masalah, main salah2an, ngga mau berjuang dan baru ketemu sedikit rintangan aja udah nangis manja.
Kira-kira setahun yang lalu, ada sanak keluarga yang mempertanyakan, untuk apa gw menuntut ilmu di Jepang. Ngapain ke Jepang, ngga ada gunanya, kalo mau S2 atau S3 mah, ya di eropa atau amerika sekalian, kalo di Jepang mah nanggung. Begitulah kata beliau.
Sempat terpikir juga akan perkataannya itu, iya ya, kalo mau go international ya mestinya ke amrik atau eropa sekalian, bukannya jepang ini. Toh sama-sama asia, negeri kecil pula dan kalo ga bisa bahasa jepang, ngga akan bisa survive di sini.
Sampai sempat nyesal juga,kenapa gw ngedaleminnya sastra jepang dan bukan sastra inggris atau sastra barat lainnya.
Tapi sekarang, gw bisa bilang dengan yakin sama sanak keluarga yang menyatakan ngga ada gunanya gw nuntut ilmu di jepang.
Pernyataan beliau adalah salah sepenuhnya.
Mental gambaru itu yang paling megang adalah jepang. Dan menjadikan mental gambaru sebagai way of life adalah lebih berharga daripada go international dan sejenisnya itu.
Benar, sastra jepang, gender dan sejenisnya itu, bisa dipelajari di mana saja. Tapi, semangat juang dan mental untuk tetap berjuang abis-abisan biar udah ngga ada jalan, gw rasa, salah satu tempat yang ideal untuk memahami semua itu adalah di jepang.
Dan gw bersyukur ada di sini, saat ini. Maka, mulai hari ini, jika gw mendengar kata gambaru, entah di kampus, di mall, di iklan-iklan TV, di supermarket, di sekolahnya joanna atau di mana pun itu, gw tidak akan lagi merasa muak jiwa raga.
Sebaliknya, gw akan berucap dengan rendah hati :
Indonesia jin no watashi ni gambaru no seishin to imi wo oshietekudasatte, kokoro kara kansha itashimasu. Nihon jin no minasan no yoo ni, gambaru seishin wo mi ni tsukeraremasu yoo ni, hibi gambatteikitai to omoimasu.
(Saya ucapkan terima kasih dari dasar hati saya karena telah mengajarkan arti dan mental gambaru bagi saya, seorang Indonesia. Saya akan berjuang tiap hari, agar mental gambaru merasuk dalam diri saya, seperti kalian semuanya, orang-orang Jepang).

Say YES to GAMBARU!